Sel
tumbuhan memiliki ciri fisiologi yang berbeda dengan sel hewan khususnya dengan
keberadaan dinding sel pada sel tumbuhan . Dinding sel secara umum di
bedakan menjadi dinding sel primer dan dinding sel sekunder . Perbedaan
antara kedua macam dinding ini terletak pada fleksibilitas, ketebalan,
susunan mikrofibri dan pertumbuhannya. Seluruh aktivitas sel tumbuhan sangat
tergantung dengan keberadaan dinding sel ini. Dinding sel selain berfungsi
untuk proteksi isi sel juga berperan sebagai jalan keluar masuknya air ,
makanan dan garam garam mineral kedalam sel. Sel tumbuhan merupakan bagian
terkecil dari sistem hidup dan di dalam sel ini sel sel saling bergantung.
Perilaku sel tidak hanya dipengaruhi oleh keadaan sel itu sendiri, tetapi juga sel-sel
disekitarnya dan tumbuhan itu sendiri serta lingkungan luar. Berbagai macam zat
seperti makanan, zat mineral, air dan gas bergerak dari sel ke sel dalam bentuk
molekul atau partikel.
Lingkungan
suatu sel meliputi sel-sel sekitarnya dan lingkungan luar yang meliputi air,
tanah dan udara tempat tumbuh hidup tumbuhan tersebut. Sel-sel yang
bersinggungan langsung dengan lingkungan luar antara lain sel-sel yang ada di
akar, batang dan daun yang kemudian meluas ke seluruh tubuh tumbuhan melalui
ruang ruang dalam sel. (Tjitrosoepomo, 1983: 1) Molekul air atau
partikel air , gas dan mineral masuk kedalam sel tumbuhan melalui
prinsip difusi dan osmosis, melalui difusi dan osmosis, melalui proses-proses
tersebut tumbuhan dapat memperoleh zat-zat yang diperlukan untuk
pertumbuhan nya. Proses difusi berlangsung dari daerah yang memiliki
konsentrasi partikel tinggi ke konsentrasi partikelnya rendah. Difusi
memiliki peranan penting dalam sel-sel tumbuhan yang hidup.
Sel
tumbuhan dapat mengalami kehilangan air apabila potensial air di luar sel lebih
rendah daripada potensial air didalam sel. Jika sel kehilangan air cukup besar,
maka ada kemungkinan volume isi sel akan menurun besar sehingga tidak dapat
mengisi seluruh ruangan yang dibentuk oleh dinding sel. Artinya membran dan
sitoplasma akan terlepas dari dinding sel, peristiwa ini disebut plasmolisis.
Sel yang sudah terplasmolisis dapat di sehatkan kembali dengan memasukkanya ke
dalam air murni. (Tjitrosoepomo, 1983: 11)
Plasmolisis
adalah suatu fenomena pada sel berdinding, dimana sitoplasma mengkerut
dan membran plasma tertarik menjauhi dinding sel ketika sel melepaskan airnya
ke lingkungan hipertonik. (Neil A. Campbell, dkk., 2003: 620) Peristiwa
plasmolisis merupakan dampak dari peristiwa osmosis. Jika sel tumbuhan
diletakkan dilarutan garam terkonsentrasi (hipertonik), sel tumbuhan akan
kehilangan air dan juga tekanan turgor, menyebabkan sel tumbuhan lemah.
Tumbuhan dengan sel dalam kondisi seperti layu. Kehilangan air lebih banyak
akan menyebabkan terjadinya plasmolisis: tekanan terus berkurang sampai di
suatu titik dimana sel terkelupas dari dinding sel, menyebabkan adanya jarak
antara dinding sel dan membran. Akhirnya runtuhnya seluruh dinding sel,
menyebabkan adanya jarak antara dinding sel dan membran. Tidak ada mekanisme di
dalam sel tumbuhan untuk mencegah kehilangan air secara berlebihan, juga
mendapatkan air secara berlebihan, tetapi plasmolisis dapat dibalikkan jika sel
diletakkan di larutan hipotonik. Proses sama pada sel hewan disebut krenasi. Cairan
di dalam sel hewan keluar karena peristiwa difusi.
Plasmolisis
hanya terjadi pada kondisi ekstrem, dan jarang terjadi di alam. Biasanya
terjadi sengaja di laboratorium dengan meletakkan sel pada larutan bersalinitas
tinggi atau larutan gula untuk menyebabkan ekosmosis, seringkali menggunakan
tanaman Elodea atau sel epidermal bawang yang memiliki pigmen warna sehingga
proses dapat di amati dengan jelas.
Peristiwa
plasmolisis adalah peristiwa lepasnya membran sel dari dinding sel sebagai
dampak dari hipertonisnya larutan di luar sel, sehingga cairan yang berada di
dalam sel keluar dan sel akibat tekanan turgor sel menjadi 0. Efek selanjutnya
yang ditimbulkan adalah karena potensial air dalam sel lebih tinggi dari luar
sel, maka air diluar sel bergerak kedalam dinding sel mendesak membran sel yang
menyebabkan membran sel terlepas dari dinding sel. Larutan tersebut tidak dapat
menembus membran karena memiliki ukuran yang lebih besar dari molekul air.
Pendapat ini sesuai dengan pernyataan Didik Indradewi dan Eko Tarwaga J.P
(2009) yaitu pergerakan air terjadi dan potensial air tinggi ke potensial air
lebih rendah dari larutan dengan konsentrasi lebih rendah ke konsentrasi lebih
tinggi dan dari larutan encer ke larutan lebih kental. Tanda yang terlihat di dalam
sel yang mengalami plasmolisis ini adalah menghilangnya warna yang ada di
dalam sel dan mengerutnya pinggiran membran sel ke arah dalam. (Fiktor
Ferdinand P. dan Moekti Ariwibowo, 2002: 11)
Kondisi
sel yang terplasmolisis tersebut dapat dikembalikan ke kondisi semula. Proses
pengembalian dari kondisi terplasmolisis ke kondisi semula ini di kenal dengan
istilah deplasmolisis (Elsa, 2009). Prinsip kerja dan deplasmolisis ini hampir
sama dengan plasmolisis. Tetapi, konsentrasi larutan medium di buat lebih
hipotonis, sehingga yang terjadi adalah cairan yang memenuhi ruang antar
dinding sel dengan membran sel bergerak keluar, sedangkan air yang berada
di luar bergerak masuk ke dalam dan dapat menembus membran sel karena membran
sel mengizinkan molekul-molekul air untuk masuk kedalam. Masuknya
molekul-molekul air tersebut mengakibatkan ruang sitoplasma terisi kembali
dengan cairan sehingga membran sel kembali terdesak ke arah luar sebagai
akibat timbulnya tekanan turgor akibat gaya kohesi dan adhesi yang masuk.
Akhir dari peristiwa ini adalah sel kembali ke keadaan semula.
Potensial
air daun mempengaruhi transpirasi terutama melalui pengaruhnya terhadap
membukanya stomata, tetapi juga mempengaruhi kadar uap air dalam ruang udara
daun. Penguapan potensial air sedikit tidak akan mempengaruhi transpirasi
secara nyata, terutama apabila kadar uap air udara tinggi. (Gold Warty, 1992)
Potensial
osmosis menunjukkan status suatu larutan dan menggambarkan perbandingan
proporsi zat terlarut dengan pelarutnya. Makin pekat suatu larutan akan semakin
rendah potensial osmosisnya. Potensial osmosis dari suatu sel dapat di ukur
dengan berbagai metode. Metode yang digunakan adalah dengan menggunakan suatu
larutan yang konsentrasi dan PO-nya diketahui, misalnya adalah dengan larutan
sukrosa. Metode ini didasarkan pada adanya peristiwa plasmolisis yaitu dengan
menentukan suatu larutan yang hanya menyebabkan terjadinya kondisi “incipient
plasmolisi”.
Faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi potensial osmotik, antara lain adalah :
1) Konsentrasi, meningkatnya konsentrasi suatu larutan akan menurun nilai osmotiknya
2) Ionisasi zat terlarutnya, potensi osmotik suatu larutan tidak ditentukan oleh macam zat, tetapi ditentukan oleh jumlah pertikel yang ada dalam larutan tersebut.
3) Suhu, Potensial osmotik suatu larutan akan berkurang nilainya dengan naiknya suhu.
4) Hidrasi molekul zat terlarut, air yang berasosiasi dengan partikel zat terlarut disebut air hidrasi, dampak air hidrasi terhadap suatu larutan dapat menyebabkan larutan menjadi lebih pekat.
1) Konsentrasi, meningkatnya konsentrasi suatu larutan akan menurun nilai osmotiknya
2) Ionisasi zat terlarutnya, potensi osmotik suatu larutan tidak ditentukan oleh macam zat, tetapi ditentukan oleh jumlah pertikel yang ada dalam larutan tersebut.
3) Suhu, Potensial osmotik suatu larutan akan berkurang nilainya dengan naiknya suhu.
4) Hidrasi molekul zat terlarut, air yang berasosiasi dengan partikel zat terlarut disebut air hidrasi, dampak air hidrasi terhadap suatu larutan dapat menyebabkan larutan menjadi lebih pekat.
Berikut
adalah tabel nilai potensial osmotik (PO) beberapa molaritas larutan sukrosa
pada suhu 20o C menurut A. Ursprung dan G. Blum
Molaritas
|
PO
( atm )
|
Molaritas
|
PO
( atm )
|
0,01
|
-0,30
|
0,06
|
-1,60
|
0,02
|
-0,50
|
0,07
|
-1,90
|
0,03
|
-0,80
|
0,08
|
-2,10
|
0,04
|
-1,10
|
0,09
|
-2,40
|
0,05
|
-1,30
|
0,10
|
-2,60
|
0,11
|
-2,30
|
0,18
|
-4,50
|
0,12
|
-3,20
|
0,19
|
-4,70
|
0,13
|
-3,40
|
0,20
|
-5,00
|
0,14
|
-3,70
|
0,21
|
-5,30
|
0,15
|
-4,00
|
0,22
|
-5,60
|
0,16
|
-4,20
|
0,23
|
-5,90
|
0,17
|
-4,50
|
0,24
|
-6,40
|
Salah
satu fenomena akibat dehidrasi sel adalah terjadinya plasmolisis. Dalam keadaan
tertentu, sel masih mampu kembali ke keadaan semula bila jaringan di kembalikan
ke air murni. Peristiwa ini di kenal dengan gejala deplasmolisis. Bila jaringan
dilletakkan pada larutan yang hipotonis sampai isotonis maka sel sel jaringan
tidak akan mengalami plasmolisis. Berdasarkan hal ini maka metode plasmolisis
dapat di gunakan sebagai salah satu metode penaksiran terdekat, potensial
osmotik jaringan di tukar ekuivalen dengan potensial osmotik suatu larutan yang
telah menimbulkan plasmolisis sebesar 50 % yang di sebut dengan incipient
plasmolisis. (Suyitno, dkk 2010: 21)
Plasma
sel (sitoplasma) di bungkus oleh selaput tipis yang di sebut memebran plasma.
Selaput ini merupakan memebran yang mampu mengatur secara selektif aliran
cairan dari lingkungan suatu sel ke dalam sel dan sebaliknya. Proses difusi
sendiri adalah percampuran dua molekul yang berbeda konsentrasi yaitu dari
konsentrasi tinggi, ke tempat yang konsentrasinya rendah. Proses difusi iini
juga terdapat pada sel l organisme hidup tetapi antara molekul yang berbeda
konsentrasinya itu di pisahkan oleh memebran plasma yang mempunyai pori-pori
(osmos). Dengan demikian osmosis adalah proses difusi pada organisme hidup
dimana molekul yang berdifusi harus menembus pori membran plasma. Pada umumnya
membran pada organisme hidup bersifat semi permeable (selektif permeable) yang
berarti hanya molekul-molekul tetentu yang dapat melewati. Cairan sel bersifat
hipertonis (potensial air tinggi) dan cairan di luar sel bersifat hipotonis
(potensial air rendah) sehinnga air akan mengalir masuk ke dalam sel sampai
antara kedua cairan isotonis. Apabila suatu sel diletakkan dalam larutan yang
hipertonis terhadap sitoplasma maka air di dalam sel akan berdifusi keluar
sehingga sitoplasma mengerut dan membran sel terlepas dari dinding sel
(plasmolisis). Apabila sel kemudian di masukkan kedalam cairan yang hipotonis
maka air akan masuk ke dalam sel dan sitoplasma kembali mengembang
(deplasmolisis).
IMBIBISI
Imbibisi adalah penyerapan air
(absorpsi) oleh benda-benda yang padat (solid) atau agak padat (semi solid)
karena benda-benda tersebut mempunyai zat penyusun dari bahan yang berupa
koloid.
Ada banyak hal yang merupakan proses penyerapan air yang terjadi pada makhluk hidup, misalnya penyerapan air dari dalam tanah oleh akar tanaman. Namun, penyerapan yang dimaksudkan di sini yaitu penyerapan air oleh biji kering. Hal ini banyak kita jumpai di kehidupan kita sehari-hari yaitu pada proses pembibitan tanaman padi, pembuatan kecambah tauge, biji kacang hijau terlebih dahulu direndam dengan air. Pada peristiwa perendaman inilah terjadi proses imbibisi oleh kulit biji tanaman tersebut. Tidak hanya itu, proses imbibisi juga memiliki kecepatan penyerapan air yang berbeda-beda untuk setiap jenis biji tanaman.
Mengingat akan banyaknya hal yang berhubungan dengan proses imbibisi, maka diadakan praktikum ini untuk mengetahui kecepatan imbibisi biji kering yang direndam. Hal ini dimaksudkan guna menambah pemahaman kita tentang proses imbibisi yang terjadi pada biji kering.
Ada banyak hal yang merupakan proses penyerapan air yang terjadi pada makhluk hidup, misalnya penyerapan air dari dalam tanah oleh akar tanaman. Namun, penyerapan yang dimaksudkan di sini yaitu penyerapan air oleh biji kering. Hal ini banyak kita jumpai di kehidupan kita sehari-hari yaitu pada proses pembibitan tanaman padi, pembuatan kecambah tauge, biji kacang hijau terlebih dahulu direndam dengan air. Pada peristiwa perendaman inilah terjadi proses imbibisi oleh kulit biji tanaman tersebut. Tidak hanya itu, proses imbibisi juga memiliki kecepatan penyerapan air yang berbeda-beda untuk setiap jenis biji tanaman.
Mengingat akan banyaknya hal yang berhubungan dengan proses imbibisi, maka diadakan praktikum ini untuk mengetahui kecepatan imbibisi biji kering yang direndam. Hal ini dimaksudkan guna menambah pemahaman kita tentang proses imbibisi yang terjadi pada biji kering.
Imbibisi berasal ari kata latin Imbibire yang
artinya minum. Imbibisi adalah peristiwa masuknya air pada suatu benda. Air
yang masuk pada benda tersebut disebut air Imbibisi. Benda atau zat yang dapat
dimasuki air disebut imbiban. Dalam tumbuhan, imbibisi diartikan kemampuan
dinding sel dan plasma sel untuk menyerap air dari luar sel.
Contoh peristiwa Imbibisi yaitu biji kacang tanah akan menggelembung jika
direndam air hangat kemudian dijemur akan kempis kebali karena air meninggalkan
pori-pori kulit kacang.Semoga Pengertian Imbibisi dapat bermanfaat buat rekan-rekan sekalian. Terimakasih.
http://definisi-pengertian.blogspot.com/2011/01/pengertian-imbibisi.html
syarat
terjadinya imbibisi:
Perbedaan Ψ antara benih dengan larutan, dimana Ψ benih < Ψ larutan
Ada tarik menarik yang spesifik antara air dengan benih
Benih memiliki partikel koloid yang merupakan matriks, bersifat hidrofil berupa protein, pati, selulose
Benih kering memiliki Ψ sangat rendah. Hubungan antara Ψ dengan komponen penyusun: Ψ = Ψm + Ψp
Volume air yang diserap + volume biji mula-mula > volume biji setelah menyerap air, sebagian air telah digunakan untuk menjalankan proses metabolisme
Proses metabolime: aktivasi enzim, hidrolisis cadangan makanan, respirasi
Perbedaan Ψ antara benih dengan larutan, dimana Ψ benih < Ψ larutan
Ada tarik menarik yang spesifik antara air dengan benih
Benih memiliki partikel koloid yang merupakan matriks, bersifat hidrofil berupa protein, pati, selulose
Benih kering memiliki Ψ sangat rendah. Hubungan antara Ψ dengan komponen penyusun: Ψ = Ψm + Ψp
Volume air yang diserap + volume biji mula-mula > volume biji setelah menyerap air, sebagian air telah digunakan untuk menjalankan proses metabolisme
Proses metabolime: aktivasi enzim, hidrolisis cadangan makanan, respirasi
semoga brmnfaat bagi yang baca...
BalasHapus